Rabu, November 07, 2007

Sekelumit Tentang Rasa Percaya Diri

Sesekali orang akan merasa tidak percaya diri. Berbagai tekanan bisa memperparah keadaan. Ini bisa terbantu dengan memberi penghargaan, tugas yang lebih bergengsi dan informasi secara utuh.

Ada orang yang mampu menyembunyikan rasa tidak percaya diri, ada baiknya kita tidak terkecoh. Setiap orang perlu diyakinkan bahwa mereka bekerja dengan baik dan bahwa mereka dihargai, baik pribadinya maupun apa yang dilakukannya. Pujian adalah cara meningkatkan rasa percaya diri yang efektif (dan murah), namun jangan berlebihan. Cara memberi pujian juga perlu disesuaikan dengan keadaan.

Kurangnya rasa percaya diri sering membuat orang tidak mencari (bahkan menerima) tantangan. Orang yang sangat percaya diripun tidak memanfaatkan potensinya secara maksimal. Dorongan karyawan mempercayai kemampuan mereka dengan memberi tugas tambahan – misalnya, meminta mereka ikut komisi yang menangani masalah penting. Jangan terima jawaban ”Saya tidak mampu”. Jawaban ini hanya alasan untuk tidak ikut.

Rasa percaya diri berpangkal pada partisipasi penuh. Hal ini hanya mungkin bila karyawan baik perorangan maupun kelompok berbagi informasi sehingga mereka punya pengaruh nyata atas apa yang terjadi. Keuntungannya adalah demokratis, memotivasi, dan praktis. Riset menunjukkan bahwa produktivitas menjadi lebih rendah bila pekerjaan diatur secara rinci, dibandingkan dengan bila mereka bebas memberi kontribusi menurut cara mereka sendiri untuk mencapai sasaran.

Tidak percaya diri bisa juga disebabkan karena rasa takut, takut gagal, takut perusahaan jatuh atau diambil alih,takut pekerjaan ilang akibat reorganisasi, takut akibat negatif dari perubahan. Kecemasan bisa diperparah dengan manajemen yang tertutup yang memanfaatkan ketakutan untuk mengendalikan karyawan. Usirlah ketakutan, kita akan lihat bahwa kepercayaan, optimisme dan keramahan jauh lebih baik.

Senin, September 03, 2007

PENTINGNYA "MEMBUAT MAMPU ANAK BUAH"

(dengan pendelegasian)

Ada seorang karyawan teman saya namanya Dikky, seorang sarjana. Ia masih muda, mempunyai kemampuan yang luar biasa dalam menyelesaikan tugas-tugas di kantornya. Tugas rutin maupun insidentil dan pekerjaan yang dianggap berat dapat diselesaikannya dengan baik serta tepat waktu. Bahkan sering kali, sebelum deadline tiba, ia sudah dapat menyelesaikan pekerjaannya.

Pada tahun 2002 ia mendapat tugas belajar mengikuti program Master Business Administration (MBA) dan tahun 2003 dapat diselesaikannya dengan baik. Teman-temannya diperusahaan, terutama di bagian tempat saya dan teman saya itu bekerja, menganggap bahwa ia adalah calon pejabat teras dalam waktu dekat ini. Anggapan ini didasarkan atas kemampuannya selama ini yang tidak hanya mampu menyelesaikan semua pekerjaan dengan baik, tetapi juga mampu melahirkan ide-ide yang cemerlang. Hal ini terbukti ketika ia mengikuti rapat-rapat periodik yang diadakan satu bulan sekali di bagian saya bekerja.

Direktur perusahaan yang membidangi bagian dimana saya dan teman saya bekerja kelihatannya menaruh perhatian terhadap kemampuan sahabat saya tersebut. Sekarang ia menduduki jabatan sebagai Kepala Seksi Analisa dan Evaluasi pada Bagian Pengembangan (Corporate Development) membawahi 2 sub seksi dengan staf 10 orang terdiri dari sarjana penuh 5 orang, sarjana muda 3 orang dan SLTA 2 orang. Satu jabatan yang cukup disegani banyak staf, karena selalu terlibat dengan angka, analisis dan pengembangan perusahaan di masa yang akan datang.

Pada pertengahan tahun 2004 salah satu kepala bagian di perusahan kami akan memasuki Masa Bebas Tugas (MBT). Semua staf menduga, bahwa yang bakal dipromosikan tiada lain adalah teman saya tersebut. Hampir semua staf di bagian saya bekerja telah memberikan ucapan selamat kepada sang calon tersebut.

Tetapi yang terjadi benar-benar diluar dugaan. Pada hari yang telah ditentukan keluarlah Surat Keputusan Direksi yang menetapkan bahwa yang menjadi Kepala Bagian adalah Kepala Seksi dari bagian lain. Sedangkan teman saya sang unggulan tetap saja menduduki pos lama sebagai Kepala Seksi Analisis dan Evaluasi pada Bagian Pengembangan.

Sang pengganti kelihatannya tidak merupakan orang penting, biasa-biasa saja. Pekerjaan di seksinya diselesaikan secara wajar-wajar saja tetapi tidak ngaret. Bahkan, dalam menyampaikan pendapat saat mengikuti rapat-rapat penting, ia selalu berkonsultasi dahulu dengan stafnya.

Pada acara serah terima jabatan, pimpinan perusahaan (CEO) menyampaikan sambutannya dibarengi beberapa nasihat berharga.

Ia mengatakan bahwa dalam bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif sangat diperlukan suatu team work yang rapi dan tangguh dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. “Bukan berarti bahwa perusahaan tidak memerlukan tenaga-tenaga muda cemerlang atau bintang-bintang lapangan penuh motivasi dan inovasi. Itu sangat diperlukan, tetapi jangan lupa sekali lagi adalah team work,” begitu katanya.

“Sulit sekali bagi direksi mempromosikan saudara Dikky, karena apabila dipromosikan akan terjadi kemacetan pekerjaan pada Seksi Evaluasi dan Analisa. Pada hal kita tahu, bahwa sampai saat ini ada satu proyek besar yang sedang ditangani oleh Seksi Analisis dan Evaluasi.”

“Dari kajian dan evaluasi yang mendalam melihat bahwa saudara Dikky sangat begitu penting bagi seksinya, ia tidak sempat dan tidak perlu untuk menyiapkan kader penggantinya. Sebagai akibatnya, ia telah menghambat dirinya sendiri untuk meraih peluang kemajuan.”

“Untuk itulah mengapa direksi memilih saudara Badu untuk menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian baru, direksi merasa yakin tidak akan terjadi masalah, apalagi stagnasi pekerjaan di seksi yang ditinggalkannya, karena ia telah menyiapkan kader-kader penggantinya.”

“Untuk menjadi pimpinan yang baik, Saudara-saudara harus benar-benar berfikir dan bertindak sebagaimana layaknya seorang pimpinan (manajer). Apabila kita berbicara masalah makin banyaknya pekerjaan harus diartikan bahwa banyak pekerjaan di seksi, bagian atau departemen saudara harus diselesaikan dengan melibatkan semua staf yang terkait.”

“Tidak ada jalan lain kecuali dilakukan pendelegasian tugas dan wewenang kepada staf saudara, karena saudara-saudara tahu bahwa pendelegasian merupakan salah satu inti dari manejemen.”

Kamis, Agustus 30, 2007

Mereka "bekerja bersama" anda atau "bekerja dibawah anda"?

Bagaimana umumnya perasaan anda tentang karyawan-karyawan dibawah anda/anak buah anda? Apakah anda melihat mereka ini bekerja UNTUK anda atau bekerja BERSAMA anda? Tipis bedanya .... mungkin mirip kali ya. Tapi kalau kita lihat di tempat kerja dalam kerangka hubungan atasan bawahan, maka pemakaian kedua kata tersebut terimplemtasi dengan perbedaan yang besar.

Kalau kita mempunyai mind set dan bersikap bahwa anak buah kita bekerja untuk kita maka sadar atau tidak sadar kita akan ”memisahkan diri” dari mereka. Kita akan berada dalam suatu tingkatan dan anak buah kita pada tingkatan yang lebih rendah. Biasanya orang-orang yang mempunyai tipe BEKERJA UNTUKKU jarang memberikan atau memperlihatkan penghargaan, jika kelompoknya melakukan pekerjaan dengan hasil baik.

Mind set yang dipakai adalah bahwa mereka berhasil karena kita cukup memacu atau ”mencambuk” mereka. Bukan karena anak buah kita ingin melakukan pekerjaan dengan baik. Maka bila ada pertanyaan: ”Saya melihat divisi anda berhasil melampaui target yang ditetapkan perusahaan”. Maka feed back yang terucap adalah: ”Benar sekali, ini karena saya tak bosan-bosannya memacu, menegur dan mendorong mereka.”
Sederhana sekali, tapi mungkin jarang kita sadari, kita SERING mengatakan demikian.

”Yahh..tapi khan sama saja ...?”
” Dan saya memang selalu memacu, menegur dan mendorong mereka.”
Benar .....!!! Untuk satu atau dua kali mungkin tidak apa-apa, tapi kalau mind set itu selalu anda pakai maka dibalik kalimat itu ada kalimat ”Kalau anda tidak selalu memacu, menegur dan mendorong mereka maka mereka tidak bisa mencapai target”
Nah ... anda sendiri yang repot karena kalau tidak ada anda, bisnis anda tidak jalan.
Bagi anda yang menggunakan mind set bahwa anak buah anda bekerja BERSAMA anda, maka anda akan melihat dan menganggab bahwa anda dan mereka memang benar-benar satu tim dan disitu dan anda sebagai pemimpinnya. Sehingga anggota-anggota lainnya sama pentingnya dalam upaya mencapai sasaran tim. Anda pasti akan menjelaskan mengapa suatu pekerjaan harus dilakukan, karena anda tahu bahwa tim anda akan berusaha sekuat tenaga bila tiap angota tim turut dilibatkan dalam penentuan sasaran bersama. ”Biaya operasional toko kita cukup tinggi, untuk membuat toko kita tetap untung maka hanya ada dua cara efisiensi dan menaikkan omset. Tetapi kaena peluang kita untuk melakukan efisiensi sudah sangat terbatas, cara yang masih mungkin adalah menggenjot omset kita. Untuk itulah kita tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk membuat omset, walaupun itu tampaknya kecil.”

Anak buah anda tahu dan dapat menilai apakah anda sungguh-sungguh melibatkan dan menghargai mereka. Bila mereka yakin akan hal itu mereka akan lebih peduli terhadap anda. Dan bila anda berhasil membentuk suatu tim yang bekerja bersama anda, tentunya anda sudah tidak khawatir lagi karena setiap anggota akan bekerja keras dan memeprlihatkan kepedulian akan tercapainya sasaran bersama.

AKU DIMAKAMKAN HARI INI

(marilah kita renungkan)

Perlahan, tubuhku ditutup tanah,
perlahan, semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah-langkah terakhir mereka
aku sendirian, di tempat gelap yang tak pernah terbayang,
sendiri, menunggu keputusan....

Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya mengalir darahku, tak juga tinggal,
Apalah lagi sekedar tangan kanan, kawan dekat,
rekan bisnis, atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.
Istriku menangis, sangat pedih, aku pun demikian,
Anakku menangis, tak kalah sedih, dan aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri, disini......menunggu perhitungan...
Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri... .
Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang,
setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Mu),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...
Aku harus berkeliling, memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi
Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg sering ku umbar dulu

Dan Tuhan,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta ,
teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka ,
maafkan aku ayah, ibu,
mengapa tak kusadari betapa besarnya kasih sayang mu
beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama mereka...

Begitu sesal diri ini
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia-siaan
kesenangan yg pernah kuraih dulu, tak ada artinya
sama sekali mengapa ku sia sia saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu....
Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan...

Kamis, Agustus 23, 2007

Karakteristik Belajar Orang Dewasa

Dalam sebuah pelatihan sering kita lihat dan kita alami bahwa ada satu atau dua peserta yang ogah-ogahan mengikuti jalannya sesi demi sesi. Biasanya terjadi pada sebuah kelas pelatihan in house yang memang pesertanya dari satu company, dan kehadiran mereka adalah akibat program yang dibuat HRD ataupun mereka mendapatkan perintah dari atasanya untuk mengikuti training. Fenomena yang seperti ini tidak bisa kita lepaskan dari proses pendidikan formal kita yang kita terima sejak awal kita di “sekolah-kan” oleh orang tua kita.
Kalau peserta training adalah karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, maka dia sudah pernah mengalami sekolah minimal 15 tahun (6 tahun SD, 3 tahun SMP dan 3 tahun SMA). Berarti dia selama ini sudah duduk dan mendengarkan ajaran dari gurunya minimal 25.200 jam (dengan asumsi 1 hari 7 jam dan 1 minggu 5 hari sekolah) dengan kondisi bahwa dia duduk di bangku dan guru ngomong di depan kelas dengan sesekali ada kegiatan gantian murid yang ngomong.

Bisa kita rasakan betapa monotonnya dan membosankannya yang harus dia alami dengan keterpaksaanya menjabat diposisi sebagai “murid di sekolahan”. Ada suatu permakluman ketika tidak jarang saya mendapatkan peserta di kelas training saya yang terlihat sangat malas atas keterpaksaannya mengikuti training. Meskipun segala metode sudah kita sesuaikan dan berbagai “jurus dan ajian” trainer kita terapkan. Saya kemudian berefleksi dengan sedikit berasumsi “Apakah persoalannya ada di saya sebagai trainer?”. Upaya pencarian pun saya lakukan. Minta feed back dari observer hasilnya positif sekali, membaca evaluasi training level 1 hasilnya selalu diatas 4,1 dari skala 5, dan membaca satu-satu evaluasi peserta positif semua.

Sampailah pencerahan untuk saya pada pemahaman karakteristik orang dewasa dalam belajar. Ada minimal 10 karakteristik yang dirumuskan Mary Johnston yang bisa kita fahami disini:

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda.
2. Orang dewasa yang hidupnya “miskin” tujuan, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui.
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya.
5. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan.
6. Orang dewasa yang pendidikan formalnya lebih rendah atau bahkan pernah putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk menilai lebih rendah terhadap kemampuan belajarnya.
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya.
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.
9. Orang dewasa suka diperlakukan degan kesungguhan itikad yang baik, adil dan masuk akal.
10. Orang dewasa menyenai hal-hal yang praktis.

Memahami karakteristik tersebut mungkin bisa sebagai dasar kita memahami tipe-tipe peserta training. Untuk itu trainer untuk orang dewasa perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:


1. Menjadi “bagian” dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar dan mengajar
3. Mempunyai rasa tanggng jawab yang tinggi.
4. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa diantara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
5. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya.
6. Peka dan mengerti perasaan orang lain.
7. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan emmperkalukan orang.
8. Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang.
9. Menyadari bahwa perannya bukan mengajar, tapi menciptakan iklim untuk belajar.
10. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif dan positif.

Nah … ternyata tidak ringan ya …. Kalao menetapkan pilihan sebagai trainer. Tapi percayalah bahwa menjadi trainer itu nikmatnya bukan main alias ruarr biaasaaaa ……… bener khan teman-teman trainers.

Selasa, Agustus 21, 2007

"Karet Gelang"

Suatu kali saya membutuhkan karet gelang. Satu saja. Shampoo yang akan saya bawa tutupnya sudah dol. Harus dibungkus lagi dengan plastik lalu diikat dengan karet gelang. Kalau tidak bisa berabe. Isinya bisa tumpah ruah mengotori seisi tas. Tapi saya tidak menemukan sebiji pun karet gelang. Di lemari tidak ada. Di gantungan-gantungan baju tidak ada. Di kolong-kolong meja juga tidak ada. Saya jadi kelabakan. Apa tidak usah bawa shampoo, nanti saja beli di jalan. Tapi mana sempat, waktunya sudah mepet. Sudah ditunggu yang jemput lagi.

Akhirnya saya coba dengan tali kasur, tidak bisa. Dipuntal-puntal pakai kantong plastik, juga tidak bisa. Waduh, karet gelang yang biasanya saya buang-buang, sekarang malah bikin saya bingung. Benda kecil yang sekilas tidak ada artinya, tiba-tiba menjadi begitu penting.

Saya jadi teringat pada seorang teman waktu di Yogyakarta dulu. Dia tidak menonjol, apalagi berpengaruh. Sungguh. Sangat biasa-bisa saja. Dia hanya bisa mendengarkan saat orang-orang lain ramai berdiskusi. Dia hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. Itu pun kadang-kadang salah. Kemampuan dia memang sangat terbatas. Tetapi dia sangat senang membantu orang lain; entah menemani pergi, membelikan sesuatu, atau mengeposkan surat. Pokoknya apa saja asal membantu orang lain, ia akan kerjakan dengan senang hati. Itulah sebabnya kalau dia tidak ada, kami semua, teman-temannya, suka kelabakan juga. Pernah suatu kali acara yang sudah kami persiapkan gagal, karena dia tiba-tiba harus pulang kampung untuk suatu urusan.

Di dunia ini memang tidak ada sesuatu yang begitu kecilnya, sehingga sama sekali tidak berarti. Benda yang sesehari dibuang-buang pun, seperti karet gelang, pada saatnya bisa menjadi begitu penting dan merepotkan. Mau bukti lain? Tanyakanlah pada setiap pendaki gunung, apa yang paling merepotkan mereka saat mendaki tebing curam? Bukan teriknya matahari. Bukan beratnya perbekalan. Tetapi kerikil-kerikil kecil yang masuk ke sepatu. Karena itu, jangan pernah meremehkan apa pun. Lebih-lebih meremehkan diri sendiri.

Bangga dengan diri sendiri itu tidak salah. Yang salah kalau kita menjadi sombong, lalu meremehkan orang lain.

Kisah Ikan dan Air

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang - bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati." Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.

Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, "Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati." Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, "Dimanakah air ?" Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati."

Apa arti cerita tersebut bagi kita Manusia kadang - kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.....

Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita, karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.

"Being happy can be hard work sometimes, it is like maintaining a nice home, you've got to hang on to your treasures and throw out the garbage."
"Being happy requires looking for the good things. One person sees the beautiful view and the other sees the dirty window, choose what you see and what you think."
(unknown)

Setiap Orang Punya Masalah

Seorang Ibu kehilangan putera tunggalnya. Ia menghadap pimpinan agama di desanya dan berkata, “Adakah sesuatu yang dapat Anda berikan untuk mengurangi penderitaan yang saya rasakan?”

“Ya”’ katanya. “Ada sesuatu yang bagus sekali yang dapat Anda lakukan. Saya ingin agar engkau pergi dan menemukan biji sesawi dari sebuah rumah yang tak mempunyai masalah. Biji sesawi dari rumah seperti itu dapat mencegah segala masalah. Bila Engkau menemukanya, hantarkanlah kepadaku dan saya akan menggunakannya untuk menyembuhkan penderitaanmu.”

Maka ibu itu keluar dan mendatangi sebuah rumah mewah. Tampaknya tidak mungkin ada sesuatu yang kurang dalam rumah ini! Ia mengetuk pintu, mengutarakan niatnya, dan mereka menjawab, “Anda salah alamat.” Kemudian mereka menguraikan kepadanya semua masalah yang mereka alami.

Ketika ia mendengar permasalahan mereka, ia berfikir, “Sekarang saya tahu sesuatu tentang masalah-masalah …. Mungkin saya dapat menolong orang-orang ini dengan bantuan masalah-masalah mereka sendiri.” Karena itu, ia mendengarkankan mereka; dan ini membenatu orang-orang itu.

Tetapi sesungguhnya ia bertekad mencari biji sesawi ajaib itu, karena dalam usaha untuk menolong orang lain memecahkan persoalan-persoalan mereka, ia melupakan semua kesulitan yang dialaminya.

(Willi Hoffsuemmer)

The Power of Believe

Lou Gehrig, raja home-run terkenal, dari tim base ball New York Yankees, mengunjungi sebuah rumah sakit anal-anak cacat sesaat sebelum suatu pertandingan Seri Dunia di mulai. Ia mengatakan kepada anak-anak di bangsal rumah sakit, “Anda sekalian dapat melakukan SEGALA SESUATU jika anda mau melakukan itu, walau kurang sempurna “.
Kemudian seorang anak laki-laki pecinta Yankee meminta pemain kenamaan itu untuk memberikan nya suatu hadiah, “Memukul dua home-run dalam dua pertandingan hari ini.
“Dua home run dalam dua pertandingan Seri Dunia tentu suatu permintaan yang terlampau berat”, kata Gehrig. Tetapi sekarang ia harus membuktikan apa yang telah ia katakan kepada mereka. Maka, ia berbalik kepada bocah kecil itu dan berkata,: Saya akan mengadakan suatu persetujuan denganmu. Saya akan memukul dua home run hari ini kalau engkau berjanji pada saya bahwa engkau akan berjalan lagi”. Sungguh suatu kesepakatan penting mereka pun berjabat tangan.
Gehrig memukul dua home run sore itu. Tetapi ia tidak pernah kembali ke rumah sakit itu. Beberapa tahun kemudian, ketika ia berjalan masuk Stadium Yankee, seorang pria jangkung berlari menjumpainya dan bertanya, “Masihkah engkau ingat kepadaku?”
Gehrig tidak dapat mengenalinya lagi. Kemudian orang muda itu berkata, “Baik, lihatlah! SAYA DAPAT BERJALAN! Saya memenuhi janji saya.”

(turbells teacher guide)